2 minutes
Ketika TUHAN Mendengar
“Bila kamu ingin mengenal seseorang dengan baik, maka datanglah padanya dan diamlah berada dekat dengannya..“
Pernahkah kita dihadapkan pada situasi ketika ada dua orang yang berbicara dengan waktu bersamaan kepada kita? Bagaimana kita meresponnya? Apakah kita dapat memahami keduanya? Apakah kita dapat memahami yang satu namun tidak dengan yang lainnya? Atau malah kita tidak dapat memahami keduanya?
Berikan waktu sejenak terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas sebelum membaca tulisan-tulisan di bawah ini..
…
Seringkali saya mempertanyakan bagaimana TUHAN mendengarkan permohonan orang di dunia ini yang sedemikian banyaknya. Ketika seseorang berbicara di depan saya dan telinga saya mendengar suara lain yang berada jauh saja kadang terganggu.
Baiklah. Kembali saya memintamu untuk merenungkan pernyataan (atau pertanyaan?) di atas sebelum lanjut membaca tulisan saya selanjutnya.
…
Pernah saya membayangkan bahwa pesan yang kita sampaikan itu memerlukan waktu untuk sampai kepada TUHAN. Saya membayangkan ketika kita berdoa maka kata-kata itu akan terbang terlebih dahulu ke atas langit. Kata-kata tersebut akan ditangkap oleh satu dari jutaan malaikat yang memang bertugas menerima semua pesan manusia layaknya petugas penerima telepon. Para malaikat itu kemudian akan antre berbaris dan menyampaikannya kepada Sang Pencipta.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu memiliki bayangan yang lain tentang hal ini?
Hingga saat ini saya tidak dapat menciptakan pemahaman logis yang lain dalam pikiran saya ketika saya kembali mempertanyakan bagaimana TUHAN mendengar doa saya. Bisa saja saya membayangkan bahwa TUHAN memiliki telinga yang luar biasa banyak sehingga dapat mendengar banyak suara dari para manusia di bumi ini. Tapi pikiran saya terlalu cepat menolak hal tersebut untuk diwujudkan dalam imajinasi saya tentang hal tersebut.
Hal ini tidak pernah saya pertanyakan secara langsung kepada siapapun. Mengapa? Entahlah. Saya hanya merasa tidak akan pernah mendapatkan jawaban logis dari siapapun tentang hal ini.Saya yakin mereka yang ada di bumi ini sama dengan saya, berada di dunia dan tidak bisa keluar masuk Sorga sesuka hati.
Bila kemudian hal tersebut tidak dapat memberikan penjelasan logis kepada pikiran saya, apakah saya akan tetap percaya bahwa Sang Pencipta mendengar doa saya?
Hanya saya yang mengetahui jawaban ini. Bila saya berkata iya ataupun tidak, maukah kamu percaya?
…
Tidak selamanya apa yang kamu yakini itu harus berasal dari pikiranmu. Percaya akan sesuatu atau tidak percaya itu tidak semata menjadi hak logikamu. Banyak hal yang bisa kamu yakini melalui rangkaian cerita yang terjadi dalam hidupmu, tanpa perlu memikirkannya terlalu jauh.