Perkembangan jaman (terutama teknologi) seringkali mengubah pola kehidupan kita, termasuk dalam hal beribadah. Salahkah? Saya rasa tidak. Kebetulan tema khotbah di gereja minggu ini cukup menegur saya. Ya, saya adalah pencinta teknologi. Saya menyukai perkembangan teknologi. Saya menyukai gawai-gawai modern. Saya tergila-gila pada hal berbau digital. Pekerjaan saya pun berhubungan dengan hal tersebut.

Jadi tidak ada salahnya bila liturgi sebuah ibadah berubah-ubah pakemnya sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi. Namun, seringkali kita lupa..

Apa yang Tuhan inginkan?

Gegap gempita ruang ibadah sempat mengusik pikiran saya. Kemeriahan ruang ibadah disambut dengan semangat bertepuk tangan, seringkali membuat saya berpikir, “Apakah itu salah?”. Saya rasa sih tidak, tapi..

Apakah Tuhan meminta itu semua?

Apakah menangis di ruang ibadah menjadi keharusan dan menjadi simbol kedekatan kita dengan-Nya? Apakah tepuk tangan dengan teriakan kita di ruang ibadah dapat memberikan kemuliaan kepada-Nya? Siapakah kita sehingga dapat memberikan kemuliaan kepada Sang Khalik?

Kita adalah ciptaan dan DIA adalah sang pencipta.

Apakah kita lupa?